LORONG WAKTU

Sejauh mana saya mengartikan kata waktu yang ada hanya ketakutan karena semakin cepat dan cepat semakin berjalannya waktu semakin banyak yang harusnya kita kerjakan, dan pada ujungnya akan semakin banyak yang akan kita sesali 

tulisan saya kali ini membuat saya benar-benar membuka kamus bahasa Indonesia yang telah lama saya lupakan bentuknyapun telah usang, dan kertas yang semakin rapuh ( kamus ini adalah pemberian kakek setelah sebelum estafet dibeberapa generasi)
Kutemukan kata Waktu yang artinya rentetan yang telah lampau, tak mungkin kembali lagi, apa yang  akan terjadi, yang akan datang, tak dapat kita ketahui

Ya itu adalah sebagian yang bisa saya tuliskan untuk bisa kita refleksikan kedalam diri kita masing-masing.

Waktu telah membuktikan bahwa sampai saat ini saya masih diberi hidup oleh Sang Pemberi Hidup.

Waktu telah membuktikan bahwa saya tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi dihari esok

Waktu telah membuktikan bahwa saya harus iklas dengan kejadian-kejadian yang terjadi

Waktu telah mengingatkanku untuk ingat akan kesalahan-kesalahanku

Waktu telah membuka memori masa laluku hingga aku berhasil menertawakan diriku sendiri

Waktu juga yang dapat menyaksikan bahwa aku dan kamu pernah berkisah

Waktu juga telah mengantarkanku untuk menjadi pribadi yang takut untuk memberhentikan waktu

Waktu juga berhasil untuk menyesalkan bahwa hidupku tak akan lepas dari waktu

Waktu telah memproses aku hingga umurku 19 tahun

Waktu telah mengajarkanku untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin

Sejauh mana kita berjuang ,,, tak pantas sepertinya kalau mengeluh

Yaaa sekian kali aku benci dengan diri saya
Ketika apa yang saya ucapkan saya langgar
Ketika tanggung jawab yang diamanahkan mulai saya langgar
Aku seakan tak berguna
Ketika aku tau selama ini sombongnya diriku
Melebihi apa yang menjadi kesanggupanku 
Aku benci dengan semua
Amanah dari orang tua
Amanah dari organisasi
Amanah dari mereka yang memberiku kepercayaan
Aku malu dengan mereka yang sudah mempercayai ku

Mungkin ini tak pantas diceritakan
Tapi ketahuilah bahwa tatkala kita mulai lelah
Berpikirlah sampai mana perjuangan kita
Mungkin itu yang menjadi penguat diantara banyaknya permasalahan

Sejauh mana kita berjuang ,,, tak pantas sepertinya kalau mengeluh

Kau 1, kamu 2, aku sih pilih 3

Masih mengenang tragedi 9 juli 2014
Dimana untuk yang pertama kalinya aku mengikuti pesta demokrasi rakyat Indonesia
Ini bukan lagi hanya melibatkan tokoh2 elit
Tapi mulai dari yang muda, bapak-bapak, ibu-ibu dari segala lini tak terkecuali orang dipasar sudah membahas traed record tentang pemilu kali ini
Bukan lagi membahas siapa yang jadi presiden no 1, atau pun no 2 yang akan saya bahas
Bahkan ketika ditanyapun aku lebih mementingkan senyum sembari menjawab " biarkan Aku dan Tuhanku yang tau :)"
Tapi sungguh kesan yang bagi saya tak enak untuk diceritakan tapi sayang untuk dilupakan
Tepat sehari pasca tragedi itu ibu yang tak biasanya berkata " Diam jangan banyak komentar tentang pemilu" dikala aku mulai keluar rumah memulai aktivitasku
Aku tau banyak dikeluargaku yg memilih salah satu calon dengan berbagai analisis yang menurutnya akan merubah kebaikan
Ya memang pagi itu saya langsung meluncur ke salah satu pasar tradisional sembari melaksanakan kewajiban menafkahi keluarga
Saya mengamati aktivitas orang pasar yang masih membahas tranding topik no 1 atau 2
Mereka sama-sama bersikeras dan saling ngotot
Tak salah jikalau solo sudah diklaim rawan rusuh
Taapii aku yang masih pemula hanya kekecewaan yang ada
Dunia maya yang kerap aku jelajahi saling menjelek2n calon presiden
Media televisi yang membuat rakyat hampir kisruhpun jauh dari kata netral
Apalagi berita koran yang tak jauh beda mengkompor2i
Bagi saya no 1 atau 2 yang pasti no 3 PERSATUAN INDONESIA